Selasa, 05 April 2011

Jadikan hidupmu barokah dan sukses degan Birrul Walidain (Berbakti kepada kedua orangtua)

Renungan Fajar SSFM 4 April 2011
Ust. Abdul Aziz
Judul : Jadikan hidupmu barokah dan sukses degan Birrul Walidain (Berbakti kepada kedua orangtua)

Assalamualaikum Wr.Wb

Pendengar Suarasurabaya kalau pada pertemuan yang lalu setelah kita kaji bersama betapa pentingnya birru walidain. Atau berbuat baik kepada orangtua. Timbul pertanyaan. Ustadz dalam birru walidain itu mana yang lebih utama? Ibu atau ayah? Orangtua itu terdiri dari ibu dan ayah. Keduanya mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan anak. Walaupun demikian apabila kita urut keutamaan dari keduanya, maka ibu lebih utama daripada ayah. Keutamaan ibu lebih besar daripada ayah dalam kehidupan anak secara tegas disebutkan secara tegas disebutkan dalam haditz Nabi ibu adalah tempat belajar yang utama dan pertama bagi anak-anaknya

Pendengar suara Surabaya kedudukan seorang ibu dimata anaknya lebih utama daripada kedudukan seorang bapak. Tugas seorang ibu juga lebih berat daripada tugas seorang bapak. Betapa tidak, seorang ibu harus berjuang keras sejak ia mengandung. Sejak mengandung kehidupan seorang ibu untuk menikmati hidup mulai terbatas. Selama 9 bulan ia harus menjaga dari baik ucapan, baik tingkah laku apa yang diminum dan dimakan. Ia selalu berhati-hati dalam menjaga keselamatan dan pertumbuhan janinnya. Semakin besar kandungannya semakin ia merasakan beban. Walaupun demikian ia tidak pernah mengeluh apalagi putus asa. Dan puncak beban berat yang harus ditanggungnya adalah saat melahirkan.
Alloh mengingatkan kita dalam QS Luqman ayat 14

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu
Kawan Pendengar

Pasca kelahiran seorang bayipun belum selesai tugas seorang ibu, bahkan nyaris bertambah berat. Ibu harus menyusui, merawat, mendidik dan melindunginya hingga menjadi dewasa. Semuanya itu dilakukan dengan senang hati dan tulus ikhlas meski harus dilakukan dengan susah payah dan tidak kenal lelah. Begitulah jerih payah dan pengorbanan seorang ibu. Melihat perjuangan dan pengorbanan seorang ibu, pantas sekali sebuah haditz menggambarkan tentang keutamaan dari ibu An-Najai meriwayatkan

Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang, saya datang untuk bermusyawarah dengan engkau." Maka Nabi SAW bertanya, "Apakah kamu masih mempunyai ibu?" Orang itu menjawab, "Ya." Nabi bersabda, "Tetaplah kamu tinggal bersamanya, sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua telapak kakinya." (HR.Nasa'i)

Kawan pendengar, juga dari haditz tentang keutamaan seorang ibu dibanding ayah

"Siapakah yang paling berhak saya pergauli dengan baik?" Nabi bersabda, "Ibumu," orang itu bertanya, "kemudian siapa lagi?" Nabi bersabda, "Ibumu," orang itu bertanya, "Kemudian siapa lagi?" Nabi bersabda, "Ibumu, - orang itu bertanya, "Kemudian siapa lagi?" Nabi bersabda, "Ayahmu. (HR. Bukhari Muslim)

Maasyirol Mukminin, kawan pendengar.
Haditz ini menunjukkan bahwa orangtua itu mempunyai hak untuk dipergauli dengan sebaik-baik pergaulan dan mendapat perhatian dengan sempurna. Dalam hal ini ibu mempunyai hak yang lebih besar daripada ayah. Kalau kita tinjau ayahlah yang membiayai anak dan ikut mendidiknya seperti ibu akan tetapi mengapa kedudukannya lebih sedikit dari ibu? Fakta ini dapat dijawab karena ibu lebih berat dalam menanggung risiko anak. Sang ibu mengandungnya selama 9 bulan, melahirkannya dengan susah payah, bahkan sampai ada yang meninggal dunia. Menyusui selama 2 tahun berjaga pada malam hari. Karena memenuhi kebutuhan anak berusaha sekuat tenaga untuk kebahagiaan anak meskipun mengorbankan apa yang ada padanya dan sebagainya.

Islam telah mengatur tata cara dan perilaku bagaimana tata cara dan perilaku bagaimana hubungan yang baik dengan ibu juga harus diikuti perbuatan baik kepada ayah. Rasulullah bersabda Peliharalah kasih sayang ayahmu janganlah sampai kauputuskan Alloh akan  memadamkan cahayamu dengan jalan menghinakan kehidupanmu.

Kawan pendengar
Bentuk-bentuk Birrul Walidain banyak dijelaskan dalam Al-Quran maupun haditz. Diantaranya adalah bagaimana bergaul diantara keduanya secara baik.  Seorang anak wajib mempergauli keduanya dengan cara bergaul yang baik. Seorang anak wajib menyenangkan keduanya, jangan sampai menyakiti hatinya. Sesuai dengan Firman Alloh dalam QS Luqman ayat 15

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Meskipun seorang laki-laki sudah mempunyai istri dan harus senantiasa berbuat baik kepada istrinya tapi berbuat baik kepada orangtua yang harus diutamakan.  Karena ibu yang telah bersusah payah melahirkan antara hidup dan mati. Menyusuinya selama 2 tahun, mendidiknya dengan penuh kasih sayang, mengasih dengan penuh kesabaran dan banyak lagi jasa ibu kepada kita yang sulit disebutkan satu-persatu. Begitu juga seorang bapak yang bekerja membanting tulang demi memenuhi kelangsungan hidup keluarganya dan juga besar jasanya.

Dari Abuddarda' r.a. bahwasanya ada seorang lelaki datang kepadanya: "Sesungguhnya saya mempunyai seorang istri dan sesungguhnya ibuku menyuruh kepadaku supaya aku menceraikannya." Kemudian Abuddarda' berkata: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orangtua adalah pintu yang paling tengah diantara pintu-pintu syurga." Maka jikalau engkau suka, buanglah pintu itu -tidak perlu mengikuti perintahnya atau tidak berbakti padanya-, tetapi ini adalah dosa besar, atau jagalah pintu tadi -dengan mengikuti perintah dan berbakti dan ini besar pahalanya-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.

Dalam haditz lain juga diterangkan barang siapa berjalan untuk membesukkan orang tuanya maka Allah SWT mencatatkan baginya untuk satu langkah seratus pahala dan menghapus seratus dosa serta mengangkat seratus derajat. Dan jika ia mau duduk bersimpuh dan berbincang-bincang dengan tutur kata yang manis kelak di hari kiamat nanti Alloh akan memberikan penerang dan bila ia keluar dari kedua sisinya maka ia akan keluar dengan diampuni dosanya

Kawan pendengar, Haditz ini mengingatkan kita betapa besar balasan yang diberikan Alloh kepada anak yang mau mengunjungi orangtuanya. Mau menemui dan bertatakarama bertuturkata yang menyenangkan. Walaupun begitu kita terkadang masih enggan mengunjungi orang tua yang jauh dengan alasan sibuk, tidak ada kesempatan dan sebagainya. Padahal bahagianya orangtua kita akan memberkahi hidup kita mengangkat derajat bahkan menghapus dosa-dosa kita. Adakah balasan yang lebih tinggi daripada membahagiakan orangtua karena kunjungan kita?

Dalam haditz tadi dijelaskan secara rinci bagaimana harus bergaul dengan orang tua, bagaiman kita membesuk orangtua duduk dan bersimpuh dengan orangtua, bertutur kata dengan tutur kata yang baik. Jangan sampai menyakitinya. Dengan kita berbicara kepada orangtua hendaknya dibedakan dengan kita berbicara kepada anak, atau dibedakan berbicara dengan teman atau dengan yang lainnya. Berbicara dengan orangtua harus dengan perkataan yang mulia, lemah lembut jangan sampai mengatakan kata ah dan sebagainya apalagi mencaci maki atau mencemooh.

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia

Pendengar suarasurabaya, kita tidak boleh berbicara secara kasar dan keras dan membentaknya kepada orangtua meskipun keduanya mengatakan yang tidak enak didengar. Bahkan jika keduanya memukul kita kita tetap tidak boleh membalas. Dalam sebuah haditz diterangkan tentang larangan membentak kepada kedua orangtua yaitu haditz dari Ali Bin Abi Thalib

Aku berlepas diri dari seseorang yang tidak menunaikan hak kepada orang tuanya Aku bertanya “Ya Rosulullah bagaimana bila ia tidak mempunyai sesuatu?”  maka terimalah kata-katanya dengan baik dan penuh ketaatan jangan berkata Huss, jangan membentaknya dan berkatalah dengan perkataan yang mulia

Kawan pendengar, Kaulan Kariimah (perkataan yang baik) dari haditz dan Al Qur’an tadi mengungkapkan bahwa perkataan kita tidak hanya baik tetapi harus  sopan dan lemah lembut tetapi juga ucapan yang menyenangkan hati kedua orangtua, bercerita dan berucap serta menyenangkan kedua orangtua. Menjadikan orangtua bahagia dan mengucapkan puji syukur kepada Alloh. Dan Puji Syukurnya orangtua membawa berkah bagi kehidupan kita.

Inilah barangkali yang dapat kita kaji pada hari ini . Mudah-mudahan kita menjadi anak yang pandai berbakti kepada orangtua dan orangtua yang  pertama kita perhatikan adalah ibu yang telah melahirkan kita. Berbahagialah bagi para pendengar yang masih mempunyai ibu yang masih mempunyai kesempatan untuk berbakti dan inilah peluang sorga untuk kita. Terimakasih atas perhatiannya Wa’afu Minkum

Wassalamualaikum Wr.Wb

Didengarkan dan ditulis kata-perkata oleh
Astu Anindya Jati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...