Rabu, 27 April 2011

Menyambut World Book Day 2011 - Sudahkah kita menjadi bangsa pembaca?

World Book Day

Mungkin tidak banyak yang tahu (termasuk saya) bahwa sejak tahun 1995 tanggal 23 April ditetapkan oleh UNESCO sebagai Hari Buku Sedunia (World Book Day) yang bertujuan untuk menggiatkan masyarakat dunia untuk membaca dan menghargai buku. 23 April diambil dari festival Catalonia, yaitu tradisi bangsa Spanyol di Catalonia yang juga bertepatan dengan St. George’s day dimana pada festival tersebut, pria memberikan mawar untuk wanita yang dicintainya sedangkan sebagai  timbal balik, kaum wanitanya memberikan buku. 23 April juga tanggal lahir atau kematian penulis-penulis besar seperti Shakespeare (Hamlet), Miguel de Cervantes (Don Quisote), Inca Garcilaso de la Vega, Josep Pla, Maurice Druon, Vladimir Nabokov, Manuel Mejia Vallejo dan Halldor Laxness.

Budaya Literasi di Indonesia

Lalu seberapa besar ya budaya literasi bangsa ini? Yah begitulah.. masih sangat rendah. Berbagai surveypun membuktikan. Minat baca anak SD di Indonesia ranking 36 dari 40 Negara (PIRLS) , untuk mendapatkan informasi,  Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) dan/atau mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%) (BPS 2006), kemampuan membaca murid-murid kelas 4 SD urutan ke 29 dari 30 negara (IAE 1992)

Menurut Sabarudin Tain, Ketua komunitas Minat Baca Indonesia. Berdasarkan hasil terakhir tahun 2009 Perbandingan penduduk dan surat kabar di Indonesia sangat jomplang  1:43, artinya jumlah penduduk mencapai 207 juta jiwa sementara surat kabar hanya 4,8 juta. Kalah jauh dibandingkan negara-negara Asia lainnya seperti Malaysia (1:1,81) , Jepang (1:1,74), bahkan India (1:38,4)

Hal ini diperparah dengan angka buta huruf yang masih cukup tinggi Menurut Republika, pada akhir tahun 2010 diperkirakan tersisa 8,3 juta orang (4,79 persen), sedikit lebih baik dibanding 2009 yang mencapai 8,7 juta orang (5,3 persen). Dari jumlah itu sebagian besar penduduk berusia di atas 45 tahun (70-80 persen) dan berjenis kelamin perempuan (64 persen).

Manfaat Membaca

Dengan memiliki kegemaran membaca banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh. Menurut DR. Aidh Abdullah Al-Qarni, pengarang buku La Tahzan (Jangan Bersedih), ada 10 manfaat yang bisa kita dapatkan yaitu

1.    Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan
2.    Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja.
3.    Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.
4.    Membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.
5.    Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan mengingkatkan memori dalam pemahaman.
6.    Dengan sering membaca seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksana dan kecerdasan para sarjana.
7.    Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya di dalam hidup.
8.    Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku yang bermanfaat.
9.    Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia,. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalima.
10.    Lebih lanjut lagi, ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis di antara baris demi baris (memahami apa yang tersirat).

Penyebab rendahnya minat baca

Penyebab rendahnya minta baca di Indonesia memang kompleks dan multifaktorial. Berikut akan kami bagi menjadi beberapa point penting.


[1] Faktor orangtua

Tidak adanya stimulasi dini yang cukup dari orangtua agar anaknya gemar membaca. Kadang mereka terlalu sibuk bekerja sehingga tidak sempat untuk mendidiknya dengan baik.
Seringkali orangtua melarang anaknya untuk membaca cerita bergambar, komik. menganggap anaknya malas belajar dan bodoh Padahal komik bisa menjadi pintu masuk bagi anak untuk mengembangkan imajinasi, serta ragam bacaannya tingkat yang lebih luas dan tinggi. Karena apa yang dibaca sesungguhnya mengikuti perkembangan wawasan, cara berfikir, dan kebutuhan pembacanya.
Banyak orangtua yang tidak paham akan pentingnya membaca, keteladannya minim sehingga anak tidak dididik agar gemar membaca. Tidak ada akses bahan bacaan yang cukup memadai di dalam rumah. Tidak ada penciptaan suasana bahwa membaca itu menyenangkan

[2] Faktor perpustakaan

Di Indonesia hanya 1% lebih sedikit sekolah yang mempunyai perpustakaan. Dan secara kuantitas dan kualitas seringkali tidak memadai. Tidak update dan koleksinya tidak terawat sehingga usang dan berdebu. Kalau sudah begini bagaimana anak akan suka membaca.

Perpustakaan kurang  kreatif dan promotif jadi ya tetap terkesan membosankan coba dibuat inisiatif seperti book-café, atau dengan event kreatif seperti seminar, pelatihan untuk membaca cepat, pelatihan untuk menulis. Jadikanlah lingkungan perpustakaan begitu nyaman dan menyenangkan.

[3] Kurikulum

Anak-anak sering mengalami trauma dalam tahap pramembaca atau post membaca. Diberi bacaan yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya. Misalnya belum-belum anak sudah diberi bahan bacaan tanpa gambar, tulisannya kecil-kecil. Sehingga menimbulkan pengalaman yang traumatik

Tidak terintegrasinya antara kurikulum dan kewajiban membaca buku. Di Luar Negeri setiap murid ada  semacam bahan bacaan wajib yang harus mereka baca.  perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku!

Solusi

Untuk solusinya memang memerlukan kerjasama dari berbagai elemen. Mulai dari orangtua, hendaknya membiasakan sekaligus member teladan bagi putera-puterinya untuk membaca. Misalkan untuk usia dini anak mulai diperkenalkan dengan apa yang namanya buku. Mungkin berupa cerita bergambar sambil bercerita. Memori indah ini akan membentuk kebiasaan untuk membaca di kemudian hari

Untuk pemerintah berkolaborasi dengan dunia pendidikan, media massa dan gerakan masyarakat untuk mencari sponsor dari pihak swasta yang memang concer dengan dunia pendidikan dalam mendirikan sudut-sudut baca tau perpustakaan-perpustakaan kecil. Bisa dari swadaya masyarakat itu sendiri. Expose media berkaitan dengan budaya literasi dengan hadiah-hadiah menarik juga setidaknya dapat menarik minat baca masyarakat.

Untuk perpustakaan daerah mestinya ada dana dari pemda setempat juga menggandeng perusahaan-perusahaan swasta untuk melakukan inovasi baik dari pelayanan maupun infrastruktur. Misalkan saja di perpustakaan kota Surabaya. Sudah bagus seperti dalam perpustakaan juga diputar music-musik klasik atau kadang juga top 40 untuk merangsang otak kanan (Quantum Learning), ada fasilitas wi-fi, dan sering ada event-event menarik serba gratis seperti Kelab Penulis Cilik, Parenting Class, Workshop Indonesia Bercerita, Kelab penulis muda dsb. Artinya perpustakaan membuka seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menggunakan fasilitas yang ada. Selain itu juga ada program perpustakaan keliling dan sebagainya.  Salut untuk perpustakaan kota Surabaya

Untuk perpustakaan sekolah hendaknya selalu update. Difasilitasi oleh pemerintah maupun pihak pendidikan. Dibuat nyaman dan menyenangkan. Dan bila berhasil, akan menciptakan iklim penerbitan buku yang ideal untuk pihak penerbit sendiri maupun penulisnya.

Saya yakin bila masyarakat Indonesia gemar membaca dan menulis, suatu saat Indonesia akan menjadi bangsa berdikari (Berdiri di atas kaki sendiri). Selamat membaca! (@astu_MD)

Reference





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...