Senin, 14 Maret 2011

Belajar dari gempa Jepang - Semangat yang tak pernah padam

Bumi kembali berguncang hebat. Kali ini di bumi para samurai. Jepang. Gempa tektonik berkekuatan 8.9 Skala Richter dan yang terbesar  sepanjang sejarah Jepang ini diikuti oleh tsunami setinggi 10 meter lebih. Menimbulkan kerusakan yang massive di daerah pesisir timur Jepang. Hingga sekitar pukul 20.00 waktu Tokyo, Sabtu (12/3/2011), Pemerintah Jepang dalam konfirmasi resmi terkininya, menyatakan, tercatat 503 korban tewas. Sebanyak 740 orang hilang dan 1.040 orang terluka. Diduga masih ada 1000 lagi korban tewas.  Banyak yang meyakini ini adalah gempa Tokai, yaitu gempa besar yang menurut ahli gempa Katsuhiko kishibashi bersiklus 100 -150 tahun.

Hidup di tengah2 pertemuan 4 lempeng besar dan cincin gunung berapi dunia tentu tidak mudah. Jepang adalah negara yang sangat rawan dengan gempa bumi dan angin topan. Keadaan ini memaksa bangsa Jepang untuk setidaknya berdamai dengan bencana. Tiada hari tanpa gempa. Walaupun dalam skala kecil di seluruh wilayah Jepang hampir tiap hari terjadi. membuat masyarakat cukup tangguh dalam menghadapi bencana. Prinsip Bushido (kode etik samurai / jalan samurai) , ajaran Confusianism dan Budhism kesemuanya membentuk karakter masyarakat Jepang hingga saat ini yaitu ketenangan hati, keberanian, sikap tahan banting , pantang menyerah, kesetiaan pada pemimpin, disiplin, dan etos kerja yang tinggi. Sikap inilah yang membuat Jepang bisa survive dan bangkit dari keterpurukan.
Sejarahpun juga sudah membuktikannya. Dimana Jepang begitu terpuruk / tertinggal  lalu dengan kecepatan luar biasa, Negeri matahari terbit ini bangkit dan bahkan kemudian mampu mengungguli bangsa-bangsa barat. Yaitu pada saat.

  1. Restorasi Meiji
  2. Setelah Perang Dunia II
  3. Gempa Kobe (1995)

Gempa Kobe (1995)
Pada tanggal 17 Januari 1995 pukul 5:46:42 pagi. Selama 20 detik Jepang diguncang gempa tektonik 7.2 SR. kota Kobe yang terletak 20 km dari pusat gempa seketika luluh lantak. 390.506 bangunan rusak, 460.000 keluarga kehilangan tempat tinggal, 6.433 orang harus kehilangan nyawa. Sementara  43.792 lainnya luka-luka. Sehingga menimbulkan trauma yang begitu mendalam.

Sejak saat itu, wakil menteri luar negeri yang berlatar belakang ilmuwan,  Nishimura chinami menyatakan bahwa masyarakat Jepang harus terus disadarkan tentang pentingnya mengantisipasi bahaya gempa. Sejak saat itu dimulailah langkah - langkah untuk meminimalisir dampak gempa.  Yaitu berupa :

1.       Tachikawa Bosai-Kan (Tachikawa Life Safety Learning Centre)
·         Sebuah gedung untuk pelatihan bencana yang bertujuan untuk mengedukasi pengunjungnya tentang bencana dengan model experimental learning. Pengunjung dibawa ke panggung atau ruang simulasi kemudian didepan meraka ada layar besar dan diputarkan film dikondisikan seolah2 sedang gempa bumi bersamaan dengan bergoyangnya panggung. Pengunjung juga dilatih saat situasi kebakaran, bagaimana cara merangkak dan berlindung. Sehingga mereka  secara praktis belajar  bagaimana gempa itu bisa terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana harus bersikap saat bencana terjadi. Pelatihan ini gratis dibiayai oleh pemerintah

2.       Latihan tanggap bencana
·         Latihan tanggap bencana ini diberikan di semua tempat untuk semua umur. Mulai cara berlindung, memadamkan api, mencari jalan keluar yang aman. Di Sekolah, gedung pemerintahan, rumah. Diadakan pelatihan-pelatihan secara berkala dengan bimbingan dari dinas kebakaran. Setiap masyarakat harus siap dan sigap untuk menghadapi bencana.

3.       Food and water supply

·         Perusahaan Air Minum Yokosuka menyediakan cadangan air minum dalam kantong plastik dalam jumlah besar, sehingga apabila terjadi bencana maka kantong plastik berisi air siap di drop di daerah bencana
·         Di setiap gedung sekolah disediakan cadangan air minum, bahan makanan yang awet, senter, dan sejumlah perlengkapan untuk kebutuhan menghadapi bencana. Secara sengaja memang disiapkan makanan khusus yang tahan lama dan kemasan air yang tahan sekitar dua tahun.
·         Setiap orang diasumsikan dapat bertahan sendiri sampai setengah hari setelah bencana datang, sebelum pertolongan dan penyelamatan tiba. Maka setiap rumah tangga di Jepang umumnya menyediakan cadangan air minum untuk tiga hari dan makanan khusus yang memadai.
Tidak ketinggalan senter untuk mengantisipasi kemungkinan listrik padam ketika bencana datang pada malam hari. Juga tidak boleh lupa pula radio, yang dibutuhkan untuk menyimak siaran berita tentang bagaimana menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman
·         stadion-stadion olah raga di balik kursi-kursi tempat duduk penonton berisi cadangan logistik, dan pada daerah-daerah dengan jangkauan transportasi sulit dijadikan pos terdepan untuk penyiapan perbantuan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan

4.       Konstruksi tahan gempa


·         Gedung tahan gempa sangat unik. Terdiri dari bingkai baja yang terdiri dari ‘sekring baja’ dan urat baja yang terdiri dari kawat-kawat baja pilihan. saat gempa terjadi urat baja yang terletak di bagian tengah bingkai baja akan dibiarkan doyong dan lentur. Dan saat gempa berakhir urat baja yang terbuat dari baja berkekuatan tinggi akan menyesuaikan panjangnya dan menarik agar gedung kembali seperti semula.

Sementara itu di bawah bingkai terdapat sekring baja yang berfungsi melenturkan, membuang induksi energi dari gempa, dan memperkecil keruskan. Fungsinya seperti sekring listrik yang harus diganti apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

5.       Early warning system


·         Setelah gempa Kobe pemerintah Jepang telang menginvestasikan 15 juta dollar untuk Early Warning System. Mereka memasang jutaan sensor dan GPS yang peka terhadap gelombang gempa.  Subhanalloh. Saat gempa ada 2 gelombang yang terjadi. Gelompang P dan gelombang S. Gelompang P ini menjalar lebih cepat tapi tidak merusak. Gelombang S berjalan lebih lambat tapi destruktif. Saat gelombang P terdeteksi oleh sensor, maka sinyalnya akan dikirim ke kantor pemancar dan secara real time akan disiarkan ke televise dan telefon genggam di seluruh genggam tentang kekuatan gempa dan potensi adanya tsunami. Pengumuman secepat kilat ini akan membuat penduduk Jepang bersiap untuk mencari tempat yang aman. Gempa memang tidak bisa diprediksi tapi paling tidak mereka bisa diperingatkan lebih awal. Subhanalloh.. Maha suci Alloh yang telah menciptakan gelombang P

Salah satu ciri khas dari bangsa Jepang adalah sikap pembelajar.  Mereka benar-benar tekun dan serius untuk belajar, meneliti sekaligus mengaplikasikan teknologi untuk menjawab tantangan yang ada. Ada semngat kaizen perbaikan sepanjang masa. Persis seperti sabda Nabi bahwa hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin. Artinya ada peningkatan secara terus menerus. Salah satunya tentang bagaimana menghadapi bencana. Prinsip Bushido yang mengajarkan tentang kesetiaan pada kaisar / pimpinan menyebabkan mereka sangat patuh bila pemimpinnya memberikan mandat dan peraturan. Dan pemimpinnya sangat memegang amanah. Mereka akan sangat malu dan langsung mengundurkan diri bila melakukan suatu kesalahan. Itulah mengapa saat bencana mereka cukup tenang selain karena sudah berkali2 latihan tanggap bencana, mereka juga sangat percaya kepada pemimpinnya.

Sementara kita bila ada bencana sibuk mencari kambing hitam, sibuk meratapi nasib, hanya berdoa saja tanpa belajar untuk menjadi lebih baik di kemudian hari, masyarakat tidak percaya kepada pemerintahnya karena bupati dan camatnya memakan uang bantuan, bantuan-bantuan datang dengan kepentingan politik. Membawa bendera partai agar menang saat pemilu. Selebriti dan pejabat berakting di depan kamera seolah-olah peduli.  Seharusnya kita malu. Karena Agama tidak diaplikasikan dengan baik. Agama hanya sebatas ritual dan melupakan nilai-nilai akhlak dan muamalah. Naudzubillah tsumma naudzubillah…

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
(QS Ali Imran 146)

Semoga Alloh menjadikan kita termasuk hamba-hambanya yang sabar. Yang tangguh menghadapi bencana dan tantangan baik yang ada pada diri kita sendiri maupun yang berasal dari luar. Menjadi manusia yang tangguh dan berakhlak mulia. Menjadi manusia yang terus belajar. Manusia Pembelajar.  Ulil Albaab… Amiin allahumma amiin


Reference :
Bagun, Rikard.  Merasakan Topan dan Gempa di Jepang. 2010

Halim, marah. Pola Pikir Menghadapi Bencana Alam. 2010

Suryopratomo. Bencana mengerikan di Jepang. 2011.Tajuk metrotvnews.com

Supeno, Hadi. 2010. Bencana alam, Bencana Kebijakan dan Bencana Moralhttp://hadisupeno.com/umum/114-bencana-alam-bencana-kebijakan-dan-bencana-moral.html From :
Sukarma, Ris. Hikmah Dibalik Musibah. 2010.From :http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/05/hikmah-dibalik-musibah/
Indra, Yenni. Kambing Hitam. 7 November 2010.From :http://yennyindra.com/2010/11/kambing-hitam/
Suhardijanto, Totok. Ini Gempa Paling Ditakuti Warga Jepang. 12 Maret 2011. Untuk kompas.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...